Sabtu, 15 Oktober 2016

Revisi Tabel Aksara Kawi Awal Standar

Oleh: Ida Bagus Komang Sudarma, 2016.

Tabel ini adalah revisi dari tabel aksara Kawi Awal Standar sebelumnya (lihat di sini). Beberapa pembaruan yang terdapat pada tabel ini, adalah:
  1. dibuat dengan font aksara Kawi 'Parthasundari',
  2. revisi sandhangan dari /au/,
  3. revisi aksara 'ṭha' dan pasangannya, dan
  4. tambahan beberapa varian penulisan ligatur.


  
Sedikit Uraian


Minggu, 03 Mei 2015

Tabel Aksara Kawi Awal Standar


Tulisan ini adalah revisi dari artikel sebelumnya, yang berjudul sama. Tautan artikel tulisan lama akan secara otomatis dialihkan ke artikel ini. Lihat juga posting ini: http://tikusprasasti.blogspot.com/2014/10/poster-aksara-kawi-standar.html
 
Gambar 1. Aksara Vokal
Aksara Kawi Awal tipe Standar, atau disebut juga sebagai Aksara Kawi Awal baku (van der Molen, 1985) adalah aksara Kawi yang muncul pada abad ke-9 hingga abad ke-10. Aksara tipe ini paling banyak digunakan pada masa pemerintahan Kayuwangi (856-882 M)  dan Balitung (899-910 M), sedangkan pada pemerintahan Raja Daksa (910-919 M), tidak ditemukan banyak peninggalannya (de Casparis, 1975). Adapun prasasti yang memiliki aksara tipe ini adalah: p. Wanua Tĕngah, p. Polengan, p. Taji, p. Mantyasih, p. Jurungan, dll.


Rabu, 11 Februari 2015

Pamada, Mengapa Jadi Mangajapa?


Pamada adalah sebuah karakter dalam sistem penulisan aksara Bali. Karakter ini dibentuk dari empat buah karakter lainnya, yaitu gantungan ‘ma’, akṣara lagna ‘nga’gantungan ‘ja’, dan gempelan ‘pa’ [1]. Sehingga karakter ini juga disebut dengan mangajapa, yang berarti permohonan supaya tiada halangan dalam pekerjaan. Jika dibandingkan, fungsi karakter ini sama dengan carik pareren. Namun, penggunaan pamada terbatas hanya untuk teks-teks kekawin dan parwa
Pamada memiliki dua fungsi. Yang pertama sebagai tanda permulaan suatu kakawin atau parwa (disebut panti) dan yang kedua sebagai tanda untuk mengakhirinya (disebut pamada). Pamada juga dapat dimodifikasi menjadi carik agung/pesalinan jika difungsikan untuk mengakhiri kakawin dan pergantian wirama[2].

Gambar 1. Carik Agung dibuat dengan font Bali Simbar-B

Sabtu, 08 November 2014

Mengenal Aksara Siddhamātṛkā

Nenek  moyang bangsa Indonesia itu memang ‘gaul’ benar. Banyak temannya – baik yang dekat, maupun yang jauh. Teman bangsa Indonesia yang jaraknya jauh namun intensif komunikasinya adalah bangsa India. Salah satu peninggalannya adalah adanya prasasti-prasasti beraksara Siddhamātṛkā. Melalui penelitian-penelitian para arkeolog, kita dapat mengetahui tinggalan-tinggalannya di Nusantara. Namun, temuannya sangatlah terbatas. Walaupun di Indonesia aksara ini ‘membatu’, di bagian Bumi yang lain, aksara ini masih setia dipakai.


Apakah Siddhamātṛkā itu?
Siddhamātṛkā adalah sebuah sistem penulisan yang digunakan untuk menulis bahasa Sansekerta yang perkembangannya dilmulai sejak abad ke-6 Masehi. Aksara ini adalah cabang dari aksara Gupta[1]. Aksara Siddhamātṛkā memiliki beberapa penyebutan, seperti: Pranāgarī[2],Nāgarī Awal/Early Nāgarī[3], atau Siddham[4]. Nama Siddham, kemungkinan besar diturunkan dari kataSiddhaṁyaitu kata yang digunakan pada pembukaan teks yang berarti “sempurna[5].
Aksara Siddham merupakan sebuah abugida yang merupakan bentuk hibrida antara alfabet dan sistem tulisan berdasarkan suku kata. Setiap aksara atau huruf menyangga vokal a dan bisa diubah dengan membubuhi tanda diakritik (Jawa: sandhangan, Bali: pangangge swara). Kemudian setiap aksara bisa dihapus vokalnya dengan penghapus vokal (Jawa: paten, Bali: adegadeg).

Bentuk Aksara Siddhamātṛkā
Media penulisan aksara Siddhamātṛkā adalah batu, kertas, dan logam. Perbedaan media penulisan ini tentunya membuat bentuk yang khas. Tinggalan aksara ini di Indonesia adalah aksara yang dibuat di atas logam dan batu, sehingga bentuknya kaku. Berbeda dengan tinggalannya di Asia Timur yang media penulisannya lebih banyak ke kertas dengan bantuan alat tulisnya kuas atau stylus.  

Rabu, 22 Oktober 2014

Poster Aksara Kawi Awal Standar

Silakan klik gambar untuk mengunduh dengan ukuran besar.

*direvisi tanggal 4 Mei 2015

Tabel Aksara Kawi Standar


Gambar 1. Aksara Vokal Kawi Standar
Belakangan, geliat teman-teman semakin terlihat dalam pelestarian aksara Kawi di dunia maya. Hal ini yang membuat saya semakin semangat, karena tidak semua teman yang semangat ini adalah orang-orang yang bekerja/belajar formal arkeologi. Perkembangan yang baik ini bisa saya amati ketika membaca artikel-artikel aksara kuna di internet, yang pada awalnya sangatlah sedikit. Nah, saya ambil contoh saja: Wikipedia. Sudah beberapa kali ditambahkan konten-konten tulisan mengenai aksara Kawi. Top lah. Tetap bekerja kawan-kawan.

Untuk kesekian kalinya saya menulis isi kepala mengenai aksara Kawi. Tulisan ini adalah revisi atas tabel aksara Kawi Awal yang pernah saya post. Jadi, tulisan saya yang dulu saya hapus saja, supaya tidak mubazir.
Aksara Kawi Awal tipe standar, atau kalau boleh saya menyebutnya sebagai aksara Kawi Standar saja, adalah aksara Kawi yang muncul pada abad ke-9 hingga abad ke-10. Aksara tipe ini paling banyak digunakan pada masa pemerintahan Kayuwangi (856-882 M)  dan Balitung (899-910 M), sedangkan pada pemerintahan Raja Daksa (910-919 M), tidak ditemukan banyak peninggalannya (de Casparis, 1975). Adapun prasasti yang memiliki aksara tipe ini adalah: p. Wanua Tĕngah, p. Polengan, p. Taji, p. Mantyasih, p. Jurungan, dll.
Bentuk aksara yang saya tampilkan pada tabel ini jelas tidak mewakili dengan persis gaya penulisan citralekha di prasasti-prasasti di atas. Aksara yang ada pada tabel ini adalah aksara Kawi Standar gaya saya. Namun, tentunya tetap dibuat berdasarkan ciri aksara yang muncul di prasasti-prasasti yang disebutkan sebelumnya. Selain dibuat berdasarkan pengamatan, tabel aksara ini juga disusun berdasarkan deskripsi dari buku Indonesian Palaeography oleh de Casparis (1975).