Selasa, 09 Oktober 2012

Prasasti Pasir Panjang yang beraksara Lantsa!

Prasasti Pasir Panjang

Catatan tertua tentang masuknya aksara Nāgarī telah adalah tahun 700 Masehi. Aksara Nāgarī  berkembang di India yang menurunkan banyak sistem penulisan di sana. Aksara ini merupakan aksara yang berasal dari daerah timur laut India, berbeda dengan Pallawa yang berasal dari bagian India Selatan. Jenis aksara ini pun beraneka ragam di beberapa prasasti. Di Pasir Panjang, ditemukan yang satu ini; aksara yang disebut Nāgarī Awal. Aksara ini mirip dengan aksara Rañjana atau Lantsa yang sebagian besar digunakan oleh penganut Mahāyāna di daerah Nepal dan Tibet. Karimun Besar bukan merupakan daerah penting dalam dunia pemerintahan terdahulu, oleh karena itu penemuan prasasti ini cukup mengagetkan. Prasasti ini diduga dibuat pada tahun 900-1000 Masehi pada akhir masa Śrīwijaya oleh para terpelajar yang sudah belajar di negeri India (Bengal). Prasasti ini diukir di permukaan batu granit, dengan tiga baris tulisan dan 17 aksara.
Gambar 1. Foto prasasti diambil dari atas.
Sumber:  Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 150 (1994), no: 3.



Gambar 2. Foto prasasti diambil dari bawah.
Sumber: http://2.bp.blogspot.com/_t-zFMe3ahlY/TLqxj7wmHQI/
AAAAAAAADPI/oIlo8u3nH4c/s1600/
untitled.bmp

Gambar 3.
Lihat ligatur gau  pada alinea 3 (OD-20248).

Gambar 4. 
Salinan aksara pada prasasti.
Sumber: Pribadi.



Sabtu, 06 Oktober 2012

Alih-aksara Prasasti Manjusri di Candi Jago

Arca Mañjuśrī sebagai perwujudan dari Wiṣṇuwardhana, ayah Kṛtanāgara. Berangka tahun 1265 Saka.


Gambar 1. Arca Mañjuśrī.

Aksara Kawi Kuadrat di Gunung Panulisan

Bagi yang pernah merasakan dinginnya Kintamani, pasti tahu indahnya danau Batur yang bersanding dengan gunung Batur yang kokoh. Namun, apakah Anda tahu bahwa ada sebuah situs di dekat situ yang menyimpan banyak peninggalan purbakala? 


Gambar 1.
Arca Bhatari Mandul.
Sumber: 
Monumental Bali:
introduction to Balinese archaeology:
guide to the monuments
 
Di gunung berketinggian 1745 meter di atas permukaan laut - Gunung/ Bukit Panulisan - pura Tegeh Koripan berdiri diselimuti kabut tebal. Nama desa tempat berdirinya pura ini adalah Sukawana. Beberapa ilmuwan dan ahli purbakala telah mengunjungi situs yang ada di Gunung Panulisan sejak tahun 1885, diantaranya: Dr. J. Jacobs, Shcwartz, C. M. Pleyte, Nieuwenkamp, Goris, dan Stutterheim.

Salah satu peninggalan yang ada di Pura Tegeh Koripan adalah arca-berdiri Bhaṭārī Mandul. Bhaṭārī Mandul diperkirakan adalah seorang figur dewi gunung yang digambarkan sebagai seorang ratu/ putri. Arca ini terpecah menjadi tiga bagian. Di bagian belakang pecahan arca yang terbesar memuat satu baris ukiran aksara Kaḍiri/ Keḍiri Kuadrat yang terbaca: bhaṭārī mandul. Aksara bha keadaannya sudah aus, namun aksara lain
masih bisa  terbaca dengan baik. Belakangan, pecahan terkecil arca ini ditemukan oleh Stutterheim dan bertuliskan angka 999 (Saka) atau 1077 Masehi. 

Jumat, 05 Oktober 2012

Perbandingan Aksaraː Pallawa, Khmer, dan Kawi.

     Aksara Pallawa sejatinya berasal dari India selatan yang dibawa keluar daerah bersamaan dengan perluasan dinasti Pallawa ke daerah Asia Tenggara. Aksara ini dikenal sebagai nenek moyang aksara-aksara di daerah Asia Tenggara. Prasasti yang ditemukan di Asia Tenggara, khususnya pada abad ke-4 sampai ke-6, ditulis menggunakan aksara Pallawa. Lambat laun, aksara ini berevolusi menjadi aksara-aksara turunan yang berbeda di setiap daerah yang pernah disinggahinya. 
     Aksara Khmer adalah aksara resmi yang digunakan di Kamboja. Aksara Khmer diturunkan dari tulisan Brahmi dari India kuno melalui tulisan Pallawa, yang digunakan di India selatan dan Asia Tenggara selama abad 5 dan 6 M. Inskripsi tertua dalam bahasa Khmer, ditemukan di Angkor Borei di Provinsi Takev di selatan Phnom Penh, bertahun 611 M. Aksara Pallawa terus mengalami perubahan bentuk hingga beberapa abad selanjutnya, hingga terbentuk aksara Khmer baku yang sekarang. Jumlah dari konsonan Khmer sendiri menyusut. Hal ini dikarenakan pengaruh agama Buddha yang pesat di Kamboja. Agama Buddha aliran Theravada tidak menggunakan bahasa Sansekerta seperti Hindu, namun menggunakan bahasa Pali sebagai bahasa liturgisnya. Bahasa Pali tidak menggunakan konsonan ś dan ṣ. 




Gambar 1. Evolusi aksara Khmer.

Lempeng 47 Aksara Kawi




Gambar di atas merupakan duplikat dari lempeng yang berisikan aksara Kawi dengan lengkap. Aksara-aksara tersebut telah tersusun sebagaimana susunan aksara sansekerta yang baku. Namun, banyak bentuk aksara yang mirip atau tidak jelas sehingga jika ingin merekanya menjadi aksara Kawi yang utuh perlu perbandingan dari dokumen-dokumen dan prasasti-prasasti yang memuat aksara yang mirip atau kabur tadi.

Berikut pembahasannya:


Aksara-aksara tersebut dibaca:


Aksara Kawi "cha"

   Selama ini, ada beberapa aksara Kawi yang membuat saya benar-benar penasaran, yaitu: cha, jha, ḍa, ḍha, ṭa, dan ṭha. Aksara-aksara ini sangat jarang kemunculannya di gambar-gambar prasasti yang pernah saya amati. Ada sumber yang menampilkan beberapa aksara tadi yang  merupakan salinan dari beberapa prasasti di zaman-zaman tertentu (Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten yang menampilkan aksara aksara-aksara tadi kecuali cha dan ḍha). Padahal, di satu sumber yang saya dapatkan, ada satu lempeng inskripsi yang menulis semua aksara Kawi yang disusun mirip mantra.   Berikut adalah satu bentuk aksara cha yang bisa diamati dengan jelas. Aksara ini terpahat pada lempeng prasasti Pura Endek yang dikeluarkan oleh Raja Ugrasena*.
Gambar potongan dari prasasti Pura Endek .
   

Aksara Kadiri/ Kediri Kuadrat di Bali

Pahatan Prasasti pada Candi Gunung Kawi
   Pahatan di atas adalah ukiran yang terdapat pada candi Gunung Kawi. Pura ini merupakan Pura Padharman dari Raja Udayana. Artinya, pura ini untuk menstanakan roh suci atau Dewa Pitara keluarga Raja Udayana. Pura ini disebut Gunung Kawi karena yang dikawi atau yang diukir adalah lereng gunung di Sungai Pakerisan. Konon yang mengukir lereng bukit Sungai Pakerisan itu menjadi candi adalah Kebo Iwa, tokoh ahli bangunan atau arsitek pada zaman pemerintahan keluarga Raja Udayana. Kebo Iwa membuat ukiran candi sampai menjadi Pura Gunung Kawi dengan menggunakan kukunya. Raja Udayana adalah raja dari Wamsa Warmadewa. Raja ini memerintah Bali bersama dengan permaisurinya bernama Mahendradata dengan gelar Gunapriya Dharma Patni yang berasal dari Jawa Timur. (http://jalan-miring.blogspot.com/2012/02/pura-gunung-kawi-tampaksiring-gianyar.html )