Sabtu, 06 Oktober 2012

Aksara Kawi Kuadrat di Gunung Panulisan

Bagi yang pernah merasakan dinginnya Kintamani, pasti tahu indahnya danau Batur yang bersanding dengan gunung Batur yang kokoh. Namun, apakah Anda tahu bahwa ada sebuah situs di dekat situ yang menyimpan banyak peninggalan purbakala? 


Gambar 1.
Arca Bhatari Mandul.
Sumber: 
Monumental Bali:
introduction to Balinese archaeology:
guide to the monuments
 
Di gunung berketinggian 1745 meter di atas permukaan laut - Gunung/ Bukit Panulisan - pura Tegeh Koripan berdiri diselimuti kabut tebal. Nama desa tempat berdirinya pura ini adalah Sukawana. Beberapa ilmuwan dan ahli purbakala telah mengunjungi situs yang ada di Gunung Panulisan sejak tahun 1885, diantaranya: Dr. J. Jacobs, Shcwartz, C. M. Pleyte, Nieuwenkamp, Goris, dan Stutterheim.

Salah satu peninggalan yang ada di Pura Tegeh Koripan adalah arca-berdiri Bhaṭārī Mandul. Bhaṭārī Mandul diperkirakan adalah seorang figur dewi gunung yang digambarkan sebagai seorang ratu/ putri. Arca ini terpecah menjadi tiga bagian. Di bagian belakang pecahan arca yang terbesar memuat satu baris ukiran aksara Kaḍiri/ Keḍiri Kuadrat yang terbaca: bhaṭārī mandul. Aksara bha keadaannya sudah aus, namun aksara lain
masih bisa  terbaca dengan baik. Belakangan, pecahan terkecil arca ini ditemukan oleh Stutterheim dan bertuliskan angka 999 (Saka) atau 1077 Masehi. 

Gambar 2. OD-8728; bagian belakang arca terpahat
aksara Kawi Kuadrat yang dibaca bhaṭārī mandul.

Stutterheim mengemukakan pendapatnya bahwa arca-arca pada Gunung Panulisan sangat mengejutkan, karena mengingatkan kita akan gaya pahatan Jawa Timur akhir (masa Majapahit). Selain itu, dengan penggunaan aksara Kuadrat yang digunakan juga pada Candi Gunung Kawi (lihat postingan ini), membuktikan bahwa adanya hubungan antara Bali dan Jawa Timur.

Referensi: 
A. J. Bernet Kempers. 1977. Monumental Bali: introduction to Balinese archaeology: guide to the monuments. Den Haag: Van Goor.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar