Jumat, 23 Mei 2014

Perbandingan Aksara Cham Kuna, Pallawa Zaman Sriwijaya dan Kawi Standar

Cukup terkejut juga ketika seorang teman memberikan referensi baru mengenai epigrafi. Yang lebih membuat senang lagi, referensi tersebut adalah sebuah website! "Corpus of the Inscriptions of Champa", itu judulnya. Setelah masuk ke situsnya, jadi agak lupa daratan. Masuk link sana, masuk link sini, bisa dibilang penyakit lama jadi kambuh #keranjinganseketika :D. 
Dari sinilah saya mengetahui salah satu sosok epigraf yang getol, yaitu Arlo Griffith. Bagaimana tidak, beliau bersama rekan-rekannya terlibat dalam proyek digitalisasi aset berharga negara Vietnam ini dengan "jempolan". Ini opini pribadi seseorang yang tidak berkompetensi, sih. Tapi bisa dilihat dari websitenya yang terlihat sederhana, namun pesan-pesan yang hendak diberikan tersampaikan dengan baik. 
Beberapa pesan yang hendak disampaikan melalui media tersebut adalah gambar prasasti yang memuat aksara Cham (Vietnam) kuna, alihaksara, analisis, hingga terjemahannya. Kemudian, cara penyampaiannya juga elegan. Jadi website ini bisa dibilang merupakan media belajar yang baik bagi siapapun yang berminat. Tak terkecuali saya. Dengan mempelajari sedikit demi sedikit aksaranya, seperti melihat saudara baru aksara kuna Nusantara. 
Kabar-kabarnya kan Nusantara adalah negeri raksasa pada masa silam, jadi interaksi dengan negara lain seperti Champa adalah hal lumrah. Konon juga, Candi Pari dibangun dengan arsitektur Champa. Menarik juga kalau kedekatan masa lampau kembali digali pada masa kini. Termasuk juga kedekatan aksaranya.
Aksara Cham kuna yang saya bandingkan berasal dari "stela inscription of Hoà Lai" (lihat di sini). Saya memilih ini karena gambar yang ada menampilkan aksara yang masih jelas. Selain itu bahasa yang dimuat adalah Sansekerta, sehingga fonem aksara masih "universal" dan lebih lengkap jika dibandingkan dengan aksara belakangan. Prasasti dari Sriwijaya yang menggunakan aksara Pallawa adalah P. Talang Tuo dan P. Kota Kapur, dan satu dari Jawa yaitu P. Canggal. Ketiganya menggunakan aksara Pallawa akhir.
Prasasti Mantyasih adalah prasasti yang memuat ukiran aksara yang masih baik, sehingga cukup mudah dalam pembacaannya. Jadi saya pakai prasasti beraksara Kawi standar ini sebagai objek perbandingan.
Namun, beberapa aksara juga saya comot dari prasasti lain (contoh, bentuk konjungsi aksara jha, diambil dari prasasti dari Candi Ratu Baka, dan prasasti-prasasti lain yang mengandung aksara Kawi Awal).
Baiklah, berikut saya sajikan tabel-tabel perbandingan ketiga aksara kuna ini.

Sumber Gambar: Prasasti Kota Kapur (socrates.leidenuniv.nl, Kern GD 11B 12A 1022), Prasasti Canggal (socrates.leidenuniv.nl, Kern GD 11B 12A 1021), Prasasti Talang Tuo (socrates.leidenuniv.nl, OD.6377),  Prasasti Mantyasih (socrates.leidenuniv.nl, OD. 8736, OD. 8737), Prasasti dari Ratu Baka (socrates.leidenuniv.nl, OD.19471), Prasasti Kwak I (socrates.leidenuniv.nl, OD. 10020), Prasasti Polengan (socrates.leidenuniv.nl, OD.13692, OD.13693, OD.13694), Stela inscription of Phươc Thiện (http://isaw.nyu.edu/publications/inscriptions/campa/inscriptions/C0217.html), Stela inscription of Hoà Lai (http://isaw.nyu.edu/publications/inscriptions/campa/inscriptions/C0216.html)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar