Senin, 21 Juli 2014

Formula Sansekerta di Punggung Arca Amoghapasa di Candi Jago

      Mirip sekali dengan apa yang terjadi dengan postingan prasasti Jragung. Rangkaian aksara-aksara nan rumit dengan sedikitnya pengetahuan dan sumber, lambat laun diberikan sedikit petunjuk. Begitu lama gambar ini sudah dicoba dialihaksarakan, namun lagi-lagi bertemu dengan kendala. Aksara yang dipakai dalam prasasti ini adalah aksara Nagari. Namun, entah Nagari jenis mana. Sejauh yang saya cari infonya di internet, Nagari punya banyak varian, jadi saya bingung, ini varian yang mana. Apakah termasuk Nepālākṣara, Bengala Kuno, atau Kutila. Saya harap pembaca yang punya info lebih bisa memberi info lebih :) 
      Prasasti beraksara Nagari dari Jajaghu ini punya titik terang baru (lihat tulisan sebelumnya mengenai ini di http://tikusprasasti.blogspot.com/2012/10/alih-aksara-prasasti-krtanagara-di.html). Ya, titik baru yang lumayan terang. Selagi saya mencari-cari info mengenai jenis aksara dalam prasasti ini, saya coba jalan-jalan ke perpustakaan digital Cambridge yang khusus membidangi manuskrip Sansekerta (http://cudl.lib.cam.ac.uk/collections/sanskrit, perpustakaan digital ini benar-benar bisa diandalkan!). Ketika membaca informasi salah satu kolofon manuskrip, saya menemukan kemiripan beberapa baris teks dengan isi prasasti. Maka saya dalami pencarian di internet. 
      Voi la! Ternyata kalimat-kalimat pada prasasti ini merupakan formula, jadi pola-polanya bisa dilacak. Jika dilihat dari formulanya, teks prasasti bisa dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: (1) formula pertama yang berisi ye-te dan (2) formula kedua yang menyatakan pemberi/pendonor “sesuatu”. Berikut penjelasannya.



1) Formula pertama, berbunyi:

   1. ye dharmā hetu prabhavā hetun teṣān ta-
   2. thāgato hyavadāt teṣāñ ca yo 
   3. nirodhaḥ evam vādī mahāśramaṇaḥ |

2) Formula kedua, berbunyi…

   4. deya(dharmo)yaṁ pravara mahāyāna(yane)yā-
   5. yinaḥ paramaratnopasakaḥ śrī ma-
   6. hārājādhirājaḥ śrī kṛtanagra vi-
   7. krama(jñā)navajrottuṁgadeva mahā-
   8. rājaḥ  yadatra puṇyan tad bhavatv ācā-
   9. ryopadhyāyamātāpitṛpūrvvaṁgamaṁ
   10. kṛtvā sakalasattvarāser anutta-
   11. rajñānaphalavāptaya (i)ti //


Gambar 1. Close Up dan Penjelasan Garis-garis Pahatan Aksara dari Prasasti Amoghapasa di Candi Jago

      Formula pertama sering disebut formula ye-te atau pratītyasamutpāda gāthā. Disebut ye-te karena 2 baris ayat ini di mulai dengan ye dharmā… dan teṣām ca yo…. Formula ini sangat sering saya baca ditemukan di situs-situs berbau Buddhisme di Indonesia. Pratītyasamutpāda gāthā adalah ayat/verso dari ringkasan ajaran Buddha mengenai “sebab musabab yang saling bergantungan”. Sedangkan formula kedua merupakan satu formula yang sering dijumpai pada benda-benda yang didonasikan dalam praktik Buddhisme Tantrayana dan Vajrayana. Formula ini menginformasikan keberadaan pemberi atau donatur kepada khalayak. Menurut Kim (2010), formula ini berbunyi:


deyadharmo 'yam pravaramahāyānayāyina [-yāyinyā for female] . . .

yadatra puṇyaṁ tadbhavatu ācāryopadhyāyamātāpitṛpūrvaṁgamaṁ
kṛtvā sakalasatvarāser-anuttarajñānaphalavāptaya iti 

      Terjemahannya kira-kira begini : “may it be for attaining the result of the supreme knowledge of a mass of all living beings beginning with their teacher, preceptor, mother, and father”

      Bahasa Inggris saya kurang bagus, mudah-mudahan terjemahan ini tidak melenceng. Berikut terjemahan bahasa Indonesianya: “inilah pemberian dari (si anu) sang penganut Mahayāna sejati. Kebajikan apapun yang timbul akibat persembahan ini, semoga bermanfaat bagi pencapaian semua makhluk atas pengetahuan sejati. Dimulai dari guru, pembimbing, ibu, dan ayahnya.”
      Nah, pada formula kedua, terlihat nama si pemberi dana, yaitu śrī mahārājādhirājaḥ śrī kṛtanagra vikrama(jñā)navajrottuṁgadeva mahārājaḥ. Apakah ini merupakan raja Kṛtanagara dari Singasari? Karena yang diketahui bahwa raja ini merupakan penganut Tantrayana sejati, masuk akal jika beliau memberikan arca Amoghapaśa di candi Jago. Menurut Kim (2010), pemberian dana berupa arca juga bertujuan untuk merepresentasikan si pemberi dalam bentuk visual pada prasasti tersebut. Jadi, jika dikaitkan dengan pernyataan ini, raja Kṛtanagara mengidentikkan dirinya dengan bodhisattva Amoghapaśa di candi Jago. 
Mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat. Namun mohon maaf jika ada kesalahan di sana-sini. Oleh karena itu dimohonkan saran dari para pembaca untuk perbaikannya…


Referensi



  1. Kim, J. (2012). Unheard Voices: Women’s Roles in Medieval Buddhist Artistic Production and   Religious Practices in South Asia. Journal of the American Academy of Religion , 200–232.
  2. Yuyama, Akira. (2010). Prajñā-pāramitā-ratna-guna-Samcaya-gāthā: Sanskrit Recension A. New York: Cambridge University Press.
  3. http://cudl.lib.cam.ac.uk/collections/sanskrit
  4. http://Socrates.leidenuniv.nl



Tidak ada komentar:

Posting Komentar